HARU SEMESTA
Oleh: H. Iqbal Mochtar
Kita pernah menangis. Air mata jatuh karena beratnya
ujian hidup, luka hati yang dalam, atau karena getirnya
perjuangan yang seolah tiada ujung. Tangisan yang lahir
dari rasa kehilangan, ketakutan, atau keputusasaan.
Namun, pernahkah kita menangis karena takjub akan
keindahan ciptaan-Nya?
Pernahkah air mata luruh karena merenungi bagaimana
matahari setia terbit di ufuk timur dan tenggelam saat
senja? Tentang bagaimana langit dibangun dengan
menakjubkan? Yang semuanya terjadi dengan begitu
teratur dan tanpa pernah meleset sedetik pun.
Pernahkah kita menangis karena memikirkan
bagaimana diri kita tiba-tiba ada didunia, bagaimana burung mengepakkan sayapnya, seekor semut
membawa beban lebih berat dari tubuhnya, atau seekor kucing dengan naluri keibuannya menjaga
anak-anaknya?
Pernahkah kita terharu dan meneteskan mata untuk semua ayat-ayat hidupNya, yang sering luput dari
perhatian kita? Pernahkah hati kita tergetar saat memandangi pegunungan yang menjulang tinggi,
hutan rindang dan lebat, atau laut biru yang tak bertepi? Dan lebih dari itu, pernahkah kita menangis
karena menyadari betapa luas kasih sayang Allah kepada kita? Kita sering lalai, lupa, namun rezeki
terus diberi, nafas terus dijamin dan cinta-Nya tak pernah pergi.
Jika belum, mungkin hati kita masih perlu diasah. Masih ada ruang dalam jiwa yang perlu dibuka agar
bisa lebih peka, lebih bersyukur, dan lebih mencintai Sang Pencipta dengan sepenuh rasa. Masih ada
ruang untuk tumbuh, untuk memperbaiki diri, untuk menjadi hamba yang lebih dekat dan lebih sadar
akan keagungan-Nya.